http://sambak-q.blogspot.com/ http://renunganku-spiritku.blogspot.com/
oOnPizz
English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

TAMU ATAU PEMILIK RUMAH?

Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku (Wahyu 3:20).

Seorang gubernur negara bagian Amerika Serikat pernah berjumpa dengan seorang Kristen yang menurutnya "memiliki sesuatu yang berbeda," padahal mereka sama-sama Kristen. Usut punya usut, sang gubernur menduga bahwa mungkin karena mereka berbeda denominasi.

Dalam diskusi mereka, sang gubernur berkata,"Jika Anda mau datang ke rumah, saya akan menerima Anda sebagai tamu kehormatan. Anda boleh menikmati apa saja yang ada di rumah saya, tapi Anda tidak berhak mengatur apa pun karena Anda tetap hanya seorang tamu yang tidak memiliki kunci rumah saya. Kecuali jika saya mengalihkan hak milik atas rumah ini kepada Anda maka saya akan menurut apa saja yang harus diperbuat di rumah ini sesuai petunjuk-petunjuk Anda."

Mendengar itu, orang Kristen tadi menyahut, "Itulah bedanya Anda dan saya. Saya telah menyerahkan kunci rumah hati saya kepada Yesus. Sedangkan Anda hanya mengundang Dia sebagai seorang tamu."

Tatkala sang gubernur bertanya apa yang mesti dilakukan, rekan seiman tadi menjawab,"Yang perlu dilakukan hanyalah meminta Dia untuk menjadi pemilik rumah hati Anda." Sang gubernur pun mengikuti petunjuk tersebut dan sejak itu ia mengizinkan Tuhan bertahta dan mengatur setiap detail dalam hidupnya.

Saat kita diselamatkan, Allah ingin agar kita juga mengalami kuasa dan hadirat-Nya setiap hari, serta melihat bagaimana Dia bekerja dalam kehidupan kita. Hanya ada satu syarat, yakni asal kita mau menyerahkan kunci rumah hati kita kepada-Nya.

Di manakah posisi Tuhan dalam kehidupan Anda? Apakah Dia hanyalah seorang tamu kehormatan, atau sudahkah Dia memiliki kunci hati Anda?

Tak Sesulit Yang Dibayangkan

Di sebuah ladang terdapat sebongkah batu yang amat besar.  Dan seorang petani tua selama bertahun-tahun membajak tanah yang ada di sekeliling batu besar itu. Sudah cukup banyak mata bajak yang pecah gara-gara membajak di sekitar batu itu. Padi-padi yang ditanam di sekitar batu itu pun tumbuh tidak baik.
 
Hari ini mata bajaknya pecah lagi. Ia lalu memikirkan bahwa semua kesulitan yang dialaminya disebabkan oleh batu besar ini. Lalu ia memutuskan untuk melakukan sesuatu pada batu itu.
 
Lalu ia mengambil linggis dan mulai menggali lubang di bawah batu. Betapa terkejutnya ia ketika mengetahui bahwa batu itu hanya setebal sekitar beberapa inchi saja. Sebenarnya batu itu bisa dengan mudah dipecahkan dengan palu biasa. Kemudian ia lalu menghancurkan batu itu sambil tersenyum gembira. Ia teringat bahwa semua kesulitan yang di alaminya selama bertahun-tahun oleh batu itu ternyata bisa diatasinya dengan mudah dan cepat.
 
Kita sering ditakuti oleh bayangan seolah permasalahan yang kita hadapi tampak besar, padahal ketika kita mau melakukan sesuatu, persoalan itu mudah sekali diatasi.

Maka, atasi persoalan anda sekarang. Karena belum tentu sebesar yang anda takutkan, dan belum tentu sesulit yang anda bayangkan.

SISTEM POIN

Seorang pria meninggal dunia dan rohnya pergi ke Surga. Di gerbang Surga ia disambut oleh Petrus.

Petrus berkata, "Inilah syarat untuk masuk ke Surga. Engkau memerlukan 100 poin untuk masuk. Caranya, sebutkan semua perbuatan baik yang telah engkau lakukan semasa hidupmu. Tiap-tiap perbuatan baik akan diberi poin sesuai dengan derajat kebaikannya. Kalau engkau sudah mencapai 100 poin maka engkau berhak menjadi penghuni Surga."

"Baiklah," kata orang tersebut, "saya telah menikah selama 50 tahun dan tidak pernah berselingkuh maupun berbohong terhadap istriku walau di dalam pikiran sekalipun."

"Itu bagus," kata Petrus, "nilainya 3 poin!"

"Tiga poin?!" kata orang itu dengan sedikit kecewa. "Baiklah, saya selalu hadir dalam setiap kebaktian Minggu selama hidup saya. Saya selalu membayar perpuluhan dan mendukung penuh pelayanan pekerjaan Tuhan di gereja."

"Luar biasa!" kata Petrus. "Hal ini sudah pasti menghasilkan 1 poin."

"Satu poin?!?" keluhnya; sekarang ia benar-benar merasa cemas. "Saya menjadi pelopor dapur umum untuk orang-orang miskin di kota saya dan saya bekerja di tempat penampungan untuk para veteran perang yang tidak punya rumah."

"Hebat! Itu berarti engkau memiliki tambahan 2 poin lagi," kata Petrus.

"Dua poin!?" orang itu berteriak. "Dengan sistem penilaian seperti ini, satu-satunya cara untuk dapat masuk ke Surga hanyalah dengan kasih anugerah Tuhan!"

Petrus mengangguk dan berkata, "Tepat, 100 poin untuk engkau! Masuklah anakku."

Setiap Masalah Bisa Dipecahkan

Pada suatu hari, dalam seminar doktoral tingkat atas mengenai matematika, seorang profesor menuliskan soal yang tidak bisa dipecahkan di papan tulis. Para ahli matematika sudah berusaha selama bertahun-tahun menemukan jawaban soal ini.

Profesor berusaha menekankan kepada para mahasiswa bahwa tidak ada jawaban yang mudah. Dia mengatakan kepada mereka, "Soal ini tidak bisa dipecahkan, tetapi saya ingin kalian melewatkan waktu satu jam penuh untuk berusaha memecahkannya."

Seorang mahasiswa datang kira-kira lima menit setelah profesor memberikan tugas itu. Dia duduk, melihat soal di papan tulis dan mulai mengerjakannya, dan dia memecahkannya, hanya karena dia tidak pernah mendengar ada orang mengatakan soal itu tidak bisa dipecahkan.

Saya bertanya-tanya dalam hati sebanyak apa masalah yang tidak bisa dipecahkan oleh Anda dan saya hanya karena kita mendengar tidak ada pemecahannya.

Kunci pertama untuk menangani masalah adalah mendapatkan pendirian yang benar: bahwa setiap masalah bisa dipecahkan.

"Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil" (Lukas 1:37).

POHON APEL DAN ANAK LELAKI

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu
setiap hari.
Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya,
tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu
sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat
mencintai anak kecil itu. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini
telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel
itu setiap harinya.
Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke
sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu. "Aku bukan
anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki
itu."Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang
untuk membelinya."
Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh
mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan
uang untuk membeli mainan kegemaranmu." Anak lelaki itu sangat
senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi
dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah
datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.
Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang
melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon
apel. "Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus
bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat
tinggal. Maukah kau menolongku?" Duh, maaf aku pun tak memiliki
rumah.
Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu," kata pohon apel.
Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon
apel itu dan pergi dengan gembira.Pohon apel itu juga merasa
bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak
pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.
Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel
merasa sangat bersuka cita menyambutnya."Ayo bermain-main lagi
denganku," kata pohon apel."Aku sedih," kata anak lelaki itu."Aku
sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan
berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?"
"Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan
menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar
dan bersenang-senanglah."
Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan
membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak
pernah lagi datang menemui pohon apel itu.
Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun
kemudian. "Maaf anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak
memiliki buah apel lagi untukmu." "Tak apa. Aku pun sudah tak
memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu," jawab anak lelaki itu.
"Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat," kata
pohon apel."Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak
lelaki itu."Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku
berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua
dan sekarat ini," kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki.
"Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah
setelah sekian lama meninggalkanmu." "Oooh, bagus sekali. Tahukah
kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan
beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan
beristirahatlah dengan tenang." Anak lelaki itu berbaring di
pelukan akar-akar pohon.
Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air
matanya.
Pohon apel itu adalah orang tua kita.
Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu
kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya
datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak
peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk
memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia.
Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat
kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan
orang tua kita.
Sebarkan cerita ini untuk mencerahkan lebih banyak rekan.
Dan,yang terpenting: cintailah orang tua kita.
Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya;
dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan
diberikannya pada kita.
 

Tanda-Tanda Luka

Beberapa tahun yang lalu di sebuah musim panas di Florida bagian selatan. Seorang anak kecil memutuskan untuk pergi berenang di sebuah danau di belakang rumahnya. Dengan tergesa-gesa dia berlari keluar pintu belakang sambil melepaskan sepatu, kaus kaki dan kaosnya, terjun ke air yang dingin. Dia berenang dan berenang terus tanpa disadarinya bahwa dia sudah berada di tengah-tengah danau.

Bersamaan dengan itu, seekor buaya besar juga sedang berenang ke arah yang sama. Ibunya dari dalam rumah memandang ke arah jendela dan melihat anaknya dan buaya tersebut semakin lama semakin mendekat satu dengan yang lain. Dengan ketakutan yang luar biasa, dia berlari ke dekat pinggir danau tersebut sambil berteriak kepada anaknya dengan sekuat tenaga. Ketika mendengar teriakan ibunya, anaknya sadar dan berbalik berenang ke arah ibunya. Namun terlambat sudah ...

Buaya besar tersebut juga sudah berhasil menjangkau dia. Dari dermaga, ibu itu menggapai lengan anak lakinya bersamaan dengan buaya besar tersebut menyambar paha dari anaknya.Terjadilah tarik-menarik yang sangat mengerikan antara keduanya. Buaya besar tersebut jauh lebih kuat dari ibunya, namun demikian ibunya bertahan mati-matian untuk tidak menyerah dan membiarkan anaknya terlepas. Seorang petani yang kebetulan lewat di sekitar lokasi mendengar teriakan ibu tersebut, bergegas turun dari mobilnya dan menembak buaya besar itu.

Secara luar biasa setelah berminggu-minggu di rumah sakit, anak laki-laki tersebut berhasil diselamatkan dan disembuhkan. Pahanya penuh dengan bekas luka dari serangan buaya yang sangat ganas itu dan di bagian lengannya juga terdapat bekas luka cakaran dari kuku-kuku ibunya yang menancap pada daging lengannya sebagai usaha mempertahankan nyawa anaknya yang dikasihinya.

Setelah lewat masa-masa traumanya, seorang wartawan surat kabar yang mewawancarai anak laki-laki tersebut meminta dia untuk menunjukkan bekas luka-luka di pahanya. Anak tersebut kemudian mengangkat celananya, namun dia secara bangga juga berkata kepada si wartawan.. "Lihat bekas luka-luka di tanganku yang diakibatkan oleh peristiwa tersebut" Ini terjadi karena ibu saya tidak pernah menyerah.. dan mau melepaskan aku.

Saudara dan saya dengan mudah dapat mengenali anak laki-laki tersebut. Kita semua punya bekas luka-luka, bukan dari gigitan buaya atau dari satu peristiwa yang sangat dramatis. Tetapi bekas luka-luka dari masa lalu yang sangat menyakitkan. Beberapa dari bekas luka-luka tersebut tidak dapat dikenali dari luar tapi menggoreskan penyesalan yang sangat dalam bagi kita. Namun, beberapa luka, saudaraku, adalah bekas-bekas luka karena Tuhan tidak mau menyerah atas
kita ... Di tengah-tengah pergumulan anda, Dia terus bertahan untuk terus memegang anda.

Firman Tuhan berkata bahwa Allah mengasihi saudara. Bilamana Yesus Kristus ada di dalam kehidupan anda, anda menjadi anakNYA. Dia sangat rindu untuk memproteksi dan menyediakan kebutuhanmu dengan cara apapun juga. Tetapi seringkali kita secara bodoh melakukan perkara-perkara yang membahayakan diri kita sendiri. kehidupan selayaknya sebuah danau tempat kita berenang, danau yang dipenuhi berbagai bahaya dan kadang kala kita lupa bahwa musuh kita sedang menunggu untuk menyerang.

Ketika peristiwa tarik-menarik terjadi, berbahagialah bilamana anda memiliki bekas luka di lengan anda sebagai tanda kasihNya pada anda. Dia tidak pernah dan tidak akan sekali-kali menyerah dan membiarkan serta melepaskan anda pergi.....

Tuhan memberkati anda agar supaya anda dapat menjadi berkat bagi orang lain.

Selalu Ada Jalan Keluar

Dua ekor katak tak sengaja terjatuh ke dalam sebuah tong yang penuh dengan krim. Mereka berenang ke sana ke mari dengan panik dan berusaha melompat keluar dari tong itu.

Akhirnya, ada seekor katak yang kelelahan dan menyerah. Dia mengeluh, "Tidak ada gunanya berenang ke sana ke mari!" Dia mengayunkan kakinya untuk terakhir kalinya, lalu tenggelam dalam keputusasaan. Dia gagal.

Tinggal sang katak yang lainnya. Dia benar-benar berbeda. Dia tidak mau menyerah. Selalu ada jalan keluar, pikirnya. Dia terus berenang, mempertahankan hidupnya.

Dan suatu kejutan baginya. Krim itu perlahan tapi pasti mulai berubah. Ya, berubah mengeras dan menjadi mentega. Akhirnya, dia mendapat pijakan yang kuat dan melompat keluar dari tong itu.

Ah, jika saja Anda tidak menyerah dan terus berusaha, Anda pasti bisa menendang masalah itu keluar dari kehidupan Anda.

SEBUAH KURSI KOSONG

Seorang gadis mengundang pastor Paroki untuk datang ke rumahnya mendoakan ayahnya yang sedang sakit. Pada waktu pastor datang, ia mendapati seorang bapak tua yang sedang berbaring lemah di tempat tidur, dan sebuah kursi kosong di depannya.

"Tentu anda telah menanti saya", kata si Pastor.

"Tidak, siapakah anda?", tanya bapak itu.

Pastorpun memperkenalkan diri dan berkata, "Saya melihat kursi kosong ini, saya kira Bapak sudah tahu kalau saya akan datang."

"Oo, kursi itu," kata si Bapak, "Maukah anda menutup pintu kamar itu?"

Sambil bertanya-tanya dalam hati, Pastorpun menutup pintu kamar.

"Saya mempunyai sebuah rahasia, tidak ada seorangpun yang mengetahuinya, bahkan putri tunggal sayapun tidak tahu," kata si Bapak. "Seumur hidupku saya tidak pernah tahu bagaimana caranya berdoa. Di gereja saya pernah mendengarkan kotbah Pastor tentang bagaimana caranya berdoa, tapi semuanya itu berlalu begitu saja dari kepala saya. Semua cara sudah saya coba, tapi selalu gagal," lanjut si Bapak.

"Sampai pada suatu hari, tepatnya 4 tahun yang lalu, seorang sahabat karib saya mengajari suatu cara yang amat sederhana untuk dapat bercakap-cakap dengan Yesus. Dia mengajari saya begini: duduklah di kursi, letakkan sebuah kursi kosong di depanmu, lalu bayangkan Yesus duduk di atas kursi tersebut. Ini bukan hantuNya lho, karena Ia telah berjanji "akan senantiasa besertamu", kemudian berbicaralah biasa seperti halnya kamu sedang bercakap-cakap dengan saya saat ini."

"Sayapun mencoba cara yang diberikan teman saya itu, dan sayapun dapat menikmatinya. Setiap hari saya melakukannya sampai beberapa jam. Semuanya itu saya lakukan secara sembunyi-sembunyi, agar putri saya tidak menganggap saya gila kalau melihat saya bercakap-cakap dengan kursi kosong."

Si Pastor sangat tersentuh akan cerita Bapak itu, dan memberi dorongan agar si Bapak tetap melanjutkan kebiasaan berdoa tersebut. Setelah berdoa bersama, Pastorpun pulang.

Dua hari kemudian, si gadis memberitahu Pastor kalau ayahnya telah meninggal tadi siang.

"Apakah ia meninggal dengan damai?" tanya si Pastor.

"Ya, waktu saya pamit untuk membeli beberapa keperluan ke toko siang itu, ayah memanggil saya dan mengatakan bahwa ia sangat mencintai saya, lalu mencium kedua pipi saya. Satu jam kemudian, pada waktu saya pulang dari berbelanja, saya mendapati ayah sudah meninggal."

"Tapi ada suatu kejadian yang aneh waktu ayah meninggal. Ia meninggal dalam posisi duduk di atas tempat tidur dengan kepala tersandar pada kursi kosong yang ada di sebelah tempat tidur. Bagaimana pendapat Pastor?"

Sambil mengusap air matanya, Pastor pun berkata, "Saya berharap kita semua kelak dapat meninggal dengan cara itu."

RUMAH SERIBU CERMIN

Dahulu, di sebuah desa kecil yang terpencil, ada sebuah rumah yang dikenal dengan nama "Rumah Seribu Cermin."

Suatu hari seekor anjing kecil sedang berjalan-jalan di desa itu dan melintasi "Rumah Seribu Cermin". Ia tertarik pada rumah itu dan memutuskan untuk masuk melihat-lihat apa yang ada di dalamnya.

Sambil melompat-lompat ceria ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu depan. Telinga terangkat tinggi-tinggi. Ekornya bergerak-gerak secepat mungkin. Betapa terkejutnya ia ketika masuk ke dalam rumah, ia melihat ada seribu wajah ceria anjing-anjing kecil dengan ekor yang bergerak-gerak cepat.

Ia tersenyum lebar, dan seribu wajah anjing kecil itu juga membalas dengan senyum lebar, hangat dan bersahabat. Ketika ia meninggalkan rumah itu, ia berkata pada dirinya sendiri, "Tempat ini sangat menyenangkan. Suatu saat aku akan kembali mengunjunginya sesering mungkin."

Sesaat setelah anjing itu pergi, datanglah anjing kecil yang lain. Namun, anjing yang satu ini tidak seceria anjing yang sebelumnya. Ia juga memasuki rumah itu. Dengan perlahan ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu. Ketika berada di dalam, ia terkejut melihat ada seribu wajah anjing kecil yang muram dan tidak bersahabat.

Segera saja ia menyalak keras-keras, dan dibalas juga dengan seribu gonggongan yang menyeramkan. Ia merasa ketakutan dan keluar dari rumah sambil berkata pada dirinya sendiri, "Tempat ini sungguh menakutkan, aku takkan pernah mau kembali ke sini lagi."

Semua wajah yang ada di dunia ini adalah cermin wajah kita sendiri. Wajah bagaimanakah yang tampak pada orang-orang yang anda jumpai?

Perlukah ke Gereja?

Seorang menulis surat kepada Editor sebuah surat kabar dan mengeluhkan kepada para pembaca bahwa dia merasa sia-sia pergi ke gereja setiap minggu.

Tulisnya, "saya sudah pergi ke gereja selama 30 tahun dan selama itu saya telah mendengar 3000 khotbah. Tapi selama hidup, saya tidak bisa mengingat satu khotbah pun. Jadi saya rasa saya telah memboroskan begitu banyak waktu-demikian pun para hamba Tuhan itu telah memboroskan waktu mereka dengan khotbah-khotbah itu."

Surat itu menimbulkan perdebatan yang hebat dalam kolom pembaca. Perdebatan itu berlangsung berminggu-minggu sampai akhirnya ada seseorang yang menulis demikian:

"Saya sudah menikah selama 30 tahun. Selama ini istri saya telah memasak 32.000 jenis masakan. Selama hidup saya tidak bisa mengingat satu pun jenis masakan itu yang dilakukan istri saya. Tapi saya tahu bahwa masakan-masakan itu telah memberi saya kekuatan yang saya perlukan untuk bekerja. Seandainya istri saya tidak memberikan makanan itu kepada saya, maka saya sudah lama meninggal."

Sejak itu tak ada lagi komentar tentang khotbah. Dan perlu untuk kita renungkan juga: perlukah kita ke gereja?
http://sambak-q.blogspot.com/ http://renunganku-spiritku.blogspot.com/